This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 28 November 2017

Ketika Kebodohan Menjadi Asbab Kemuliaan

Dalam kurun waktu tiga tahun terahir, wacana tentang panjangnya jenggot menjadi simbol kebodohan, membuat heboh jagad bumi pertiwi, khususnya di dunia maya. Hal tersebut berawal dari pernyataan KH Said Agil Siraj dalam sebuah kesempatan yang lantas videonya menyebar secara viral bahwa “...jenggot mengurangi kecerdasan,... semakin panjang semakin gob**k”.

Meskipun dalam Video berdurasi enam menit dengan judul “Video Full Jenggot Menurut Said Aqil Siradj”, yang dipublikasikan pada 21 September 2015 oleh akun Mbah Rebo agak lebih komprehensif dengan menyebutkan panjangnya jenggot memindahkan kecerdasan otak kepada basyirah mata hati, sehingga orang yang berjenggot ialah orang yang arif, orang yang bijak, orang yang punya maqam... (lihat https://www.youtube.com/watch?v=be_SVX8Fayg).

Minggu, 29 Oktober 2017

Ketika (Ada) Doa Nabi tidak Dikabulkan

Saatnya kita menyempurnakan keberadaan kita dari posisi ahlussunnah organisatoris formalistik kepada ahlussunnah substantif. Apapun latar belakang organisasi dan aliran pemahamannya (mazhab) hendaklah meminimalisir--dan idealnya menzerokan--konflik pemikiran yang tidak produktif, karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah SWT dan kebenaran yang manusia rumuskan bersifat relatif. Sepanjang syahadat dan kitab sucinya sama hendaklah jangan saling mencela. Terhadap yang berbeda keyakinan agama saja kita harus toleran (lihat QS.109.Al-Kafirun:6) apalagi terhadap sesama muslim.

Senin, 04 September 2017

Menyoal Radikalisme

Radikalisme yang selanjutnya dimaknai sebagai suatu gagasan dan tindakan yang berbau kekerasan adalah sangat bertolak belakang dengan apa yang sudah diketahui masyarakat akademik.
Bagi yang pernah belajar filsafat, setidaknya ada tiga kriteria berfikir filsafat untuk mendapatkan kebenaran menurut Sidi Gazalba (1978) ialah radikal—berfikir mendalam sampai akarnya, sistematik dan universal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) radikal juga diartikan sebagai secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip). Sampai di sini makna radikal tentu sebagai sesuatu yang baik dan mulia dari segi pemikiran maupun tindakan.
Yang kemudian tidak nyambung memang ketika didalam kamus yang sama mengartikan radikalisme sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Suatu penjelasan yang dipaksakan sesuai dengan pola pikir yang sesat dan menyesatkan...


Senin, 31 Juli 2017

Islam dan Pluralitas Bangsa


Indonesia dengan 17.000 pulau dan tidak kurang dari 300 suku Bangsa, merupakan karunia tersendiri dari Allah SWT. Karunia yang sejatinya menjadi potensi yang dapat ditumbuhkembangkan untuk membangun peradaban Bangsa disatu sisi, namun juga menjadi masalah tersendiri ketika Penyelenggara Negara tidak arif dalam memenej keberagaman itu.
Selengkapnya dapat dibaca di http://www.lampost.co/berita-islam-dan-pluralitas-bangsa