This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 24 November 2021

Inovasi Perencanaan Pembelajaran

Yuval Noah Harari dalam 21 Lessons for the 21st Century nya mengungkapkan bahwa perubahan adalah satu-satunya yang konstan (abadi) (Harari, 2018).

Karena kehidupan senantiasa berubah, maka hendaknya setiap kita mempersiapkan diri dan melakukan perbekalan dalam menghadapi perubahan itu.

Dengan demikian inovasi pada setiap aspek kehidupan termasuk dan terutama dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting.

Buku Inovasi Perencanaan Pembelajaran ini tentu menjadi sangat relevan untuk dibaca  sebagai bagian dari ikhtiar untuk menjawab persoalan tersebut...

bagi yang sangat berminat bingit untuk membaca dan mensitasi silahkan download disini.

Kamis, 14 Oktober 2021

Kado Ultah yang dijanjikan

Beberapa hari yang lalu istriku tercinta bilang "ultah kali ini mau kasih apa?" "tenang aja insya Allah ada surprise"jawabku, "apa dong surprisenya?", setengah mendesak setengah penasaran seperti ingin segera jawaban namun juga barangkali namanya surprise ya nanti aja tho.

Dengan percaya diri saya jawab  "insya Allah hadiahnya buku ke-4 mamas" (tentunya hasil kolaborasi ya hehehe)."Hemmm boleh juga, lainnya apageh?", dengan gaya khas istri pada umumnya barangkali pengen "lebih" dari yang demikian hehehe.

Dan Alhamdulillah --tentu tidak ada yang kebetulan terjadi dalam setiap derap langkah anak manusia dalam menapaki kesejarahannya kecuali atas izin dan kehendak Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa-- benar saja buku "Supervisi Pendidikan" terbit pada moment yang tepat setidaknya sesuai harapan para penulisnya dengan berbagai pertimbangan dan alasan masing-masing tentunya.

Bagi Bapak/Ibu dan teman/sahabat semua yang ingin kebagian kado yang indah ini silahkan download disini dan jangan lupa sekiranya ada hal penting dan menarik yang bisa dijadikan sumber inspirasi dan rujukan silahkan di sitasi sebagai ganti like and subscribe nya hehehe.

So mari kita saling doa, support dan menguatkan.
Ayo kita selalu berikan nutrisi akal dan pikiran kita dengan bacaan-bacaan yang bermanfaat...
Terimakasih Prof. Janner Simarmata beserta seluruh Tim Yayasan Kita Menulis (Medan) yang terus memompa semangat  dan memberikan kesempatan kepada kami untuk terus bertumbuh terutama dalam dunia kepenulisan...


Selasa, 17 Agustus 2021

Pendidikan (Agama) antara Belenggu dan Pembebasan

Pendahuluan

Tidak dicantumkannya frasa agama dalam draft peta pendidikan nasional 2020-2035 telah menjadi perdebatan yang sangat serius. Meskipun kemudian setelah mendengarkan banyak masukan baik dari Ormas Muhammadiyah dan NU serta berbagai kalangan lainnya termasuk dari forum guru besar pada akhirnya Mas Menteri Pendidikan Nadim Makarim “mengalah” dengan menyebut bahwa “Kalau ada aspirasi dari masyarakat kata 'agama' itu penting dalam frasa itu, ya kita silakan masuk dalam peta jalan. Nggak masalah. Nggak perlu panik, nggak perlu menciptakan polemik, kita terbuka," tutur Mas Menteri sebagai mana ditulis oleh CNN Indonesia (Rabu, 10/03/2021).

Mencoba memahami Sebagian kalangan yang menyoal keberadaan agama setidaknya ada dua pemikiran atau pandangan yang muncul. Pertama, bahwa barangkali agama dipandang sebagai faktor penghambat kemajuan kehidupan bahkan Karl Max menyebutnya sebagai candu masyarakat. Kedua, agama dipandang sebagai sumber radikalisme atau lebih tepat dimaknai sebagai akar kekerasan. 

Agama Sebagai Petunjuk dan Pembebasan

Menganggap agama sebagai belenggu menuju kemajuan atau bahkan menganggapnya sebagai candu adalah pandangan dari kalangan anti tuhan atau ateis yang sesungguhnya sama sekali tidak memiliki argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Agama sejatinya merupakan manual book bagi umat manusia seiring dengan proses penciptaannya, sehingga mengabaikan agama dan atau menyoal keberadaan agama sama halnya memasuki hutan belantara atau lautan lepas tanpa arah dan panduan hendak menuju kemana.

Tanpa panduan agama upaya manusia untuk mencapai suatu kebenaran dan kebaikan tentu akan terjebak pada subyektifitas yang berujung kepada klaim kebenaran dan penghakiman bahwa hanya diri dan golongannya lah yang benar. Tentu hal demikian akan bertolak belakang dengan hakikat penciptaan manusia yang plural (beragam) dengan berbagai konsekuensi dan implikasinya yang justru Tuhan memberikan kebebasan kepada umat manusia dengan dibekali akal dan pikiran untuk kemudian menentukan pilihan-pilihan dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

Kecurigaan kepada agama sesungguhnya bukan merupakan sikap yang baru muncul dari banyak kalangan termasuk “pemerintah”, ialah apa yang pernah disampaikan oleh Menristek Dikti terdahulu (M. Nasir) ketika menghadiri deklarasi Konsorsium PTN Kawasan Timur Indonesia Menolak Paham Radikalisme di Universitas Hasanuddin, Makassar, tahun 2017 yang lalu, bahwa sebaiknya Pendidikan Agama disampaikan saja di semester VII (tujuh).

Bahkan muncul issue yang lebih ekstrim ialah pemikiran tentang penghapusan pendidikan agama yang tentu saja membuat Mas Menteri Nadiem Makarim menampiknya. Sejatinya Pendidikan Agama tidak masalah dihapus dengan syarat diganti saja dengan pelajaran al-Quran dan Hadits, Fiqih, Sejarah Peradaban Islam, Akidah Akhlak—supaya iman dan moralnya baik, dan Bahasa Arab (optional). Bahasa Arab menjadi penting karena merupakan alat utama membedah khazanah ilmu agama (Islam). Tentu kemudian bagi setiap siswa hendaknya mendapatkan Pendidikan keagamaan sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing.

Pendidikan Agama Sedini Mungkin

Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda “Ajarilah anak-anakmu ‘Laa ilaaha Illallah’ ketika mereka mulai berbicara, dan talkinkanlah kepada mereka ketika menjelang wafatnya dengan ‘Laa ilaaha Illallah’, Sesungguhnya barangsiapa ucapan pertamanya ‘Laa ilaaha Illallah’ dan ucapan terahirnya juga ‘Laa ilaaha Illallah’ lalu ia hidup selama seribu tahun, maka ia tidak akan ditanya tentang satu dosapun” (HR. Baihaqi). Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa menanamkan nilai-nilai agama haruslah sejak dini.

Tokoh agama yang sangat berpengaruh sebut saja misalnya Imam Syafi’i sudah hafal al-Quran saat masih berumur lima tahun. Musa La Ode Abu Hanafi, hafiz cilik yang masih berusia 7 tahun, tahun 2016 menorehkan prestasi yang membanggakan untuk Indonesia. Musa memenangi kompetisi penghafal al Quran di ajang Internasional. Hal itu merupakan pesan tentang keajaiban yang Allah SWT tunjukkan atas kecanggihan kalam-Nya yang bisa dihafalkan oleh jutaan umat yang secara sungguh-sungguh mengusahakan bahkan saat masih balita sekalipun.

Dalam hal shalat misalnya Nabi SAW mengajarkan “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika mereka tidak mengerjakan shalat pada usia sepuluh tahun, dan (pada usia tersebut) pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud, Ahmad dan Hakim). Dengan demikian menanamkan pendidikan agama sejak dini adalah merupakan suatu perintah suci yang memang sangat penting. Jika terlambat belajar agama justru berbahaya, tidak sedikit Mahasiswa yang basis ilmu agamanya minim lantas belajar filsafat malah jadi ‘sinting’.

Kekhawatiran Pak Menteri Ristek Dikti M. Nasir bahwa pendidikan agama di perguruan tinggi sebaiknya dilaksanakan di semester akhir (tujuh) untuk mengantisipasi menguatnya paham radikalisme sepertinya tidak sepenuhnya benar. Dari segi paradigma teori term radikalisme sendiri juga masih perlu dituntaskan. Term radikalisme dibangun dengan latar belakang kebencian Barat terhadap Islam, mereka menganggap agama (Islam) sebagai pemicu budaya kekerasan. sebenarnya term radikalisme yang dimaknai sebagai ajaran dan budaya kekerasan akan lebih tepat disebut sebagai violenisme (baca Menyoal Radikalisme, Lampost 9 Juni 2017).

Agama dan Kekerasan

Karen Amstrong (2014) Peneliti Agama-Agama dalam Field of Blood Religion and History of Violence yang sudah dialihbahasakan oleh Mizan Field of Blood Mengurai Sejarah Hubungan Agama dan Kekerasan (2016), berkesimpulan bahwa alasan sesungguhnya bagi perang dan kekerasan yang terjadi sepanjang sejarah umat manusia sangat sedikit hubungannya dengan agama. Alih-alih berakar dari inti ajarannya, fenomena kekerasan merupakan reaksi terhadap kekuasaan negara, kapitalisme dan modernisme yang dibungkus dengan bahasa agama. Bahkan kalau kita mau ekstrim menyebut apa yang terjadi belakangan di kawasan Timur Tengah lebih merupakan perebutan ladang minyak (ekonomi) termasuk dagang senjata perang ketimbang soal ideologis-agama.

Dengan demikian sangat tidak argumentative jika memandang pendidikan agama sebagai sesuatu yang menjadi akar masalah budaya kekerasan (violenisme) yang Barat menyebutnya dengan radikalisme. Pandangan bahwa mempelajari agama secara mendalam (radikal) menjadikan seseorang menjadi ekstrim dan keras adalah pandangan yang sesat dan menyesatkan.

Pemahaman dan praktik beragama yang radikal (mendalam) bahkan sempurna ialah apa yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW, Beliau adalah manusia terbaik utusan Allah SWT dimuka bumi dalam mengemban misi Islam Rahmatan li al-alamiin untuk menyempurnakan akhlak (moral) manusia. Terhadap orang yang mencaci maki, meludahi, menyakiti dan hal-hal tidak manusiawi lainnya Beliau balas dengan kebaikan, dikunjungi dan dihadapi penuh kesabaran serta doa yang selalu dipanjatkan agar mereka mendapat hidayah (lihat QS. Al-Maidah: 118). Menurut riwayat yang masyhur ketika membaca ayat ini Beliau ulang-ulang diiringi isak tangis sampai menjelang fajar.

Tidak saja keluhuran sikap personal, Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin pertama di muka bumi yang berhasil membangun peradaban 'demokratis' berketuhanan dengan membuat Piagam Madinah dimana kemudian piagam ini disebut oleh Prof. Jimly Assidiqie (2010) dalam Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia sebagai "piagam tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yang dapat dibandingkan dengan pengertian konstitusi dalam arti modern". dimana untuk pertama kalinya dalam sejarah bernegara umat manusia yang melindungi dan menjamin keberagaman suku dan keyakinan tetap diberikan kebebasan dan bahkan perlindungan dari Rasulullah SAW.  Namun demikian sejauh ini tidak ada rujukan nyata untuk menyebut negara yang didirikan Nabi Muhammad sebagai negara Islam.

Penutup

Kiranya tidak berlebihan jika kemudian Kementerian Pendidikan dan kebudayaan dibawah pimpinan Mas Menteri tidak saja sekedar merevisi peta jalan pendidikan karena merasa ada kelompok yang memintanya namun harus menjadi komitmen bersama bahwa persoalan keimanan dan ketaqwaan yang merupakan bagian dari buah keberagamaan ialah merupakan ruh penting dari sebuah proses pendidikan yang ianya merupakan amanah konstitusi dan regulasi sebagaimana diamanatkan dalam pasal 3 UU 20/2003 (Sisdiknas) bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tidak dijadikannya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bagian integral dari kompetensi Pelajar Pancasila pada draft peta jalan Pendidikan 2020-2035 tentunya dapat dinilai sebagai mendesain Pendidikan tanpa mementingkan persoalan agama sehingga sama halnya mencoba membuat habitat baru bagi ikan tanpa air, mungkinkah?? Atau persisnya menciptakan robot-robot bernyawa tanpa hati nurani yang hanya menghambakan diri kepada kemajuan teknologi.

*****

Nakal, kritis dan santun hehehe namun insya Allah selalu menawarkan alternatif pemikiran merupakan gaya tulisan seorang salamun. Berbagai sudut pandang dari yang strategik konseptual sampai teknis implementatif  dikupas tuntas oleh 76 penulis dengan berbagai latar belakang keilmuan dapat dinikmati dalam buku "Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar" yang dipersembahkan sebagai kado 76 tahun kemerdekaan Indonesia.

Dapatkan buku keren ini dengan GRATIS disini atau mensitasinya.

Terimakasih Prof. Janner Simarmata beserta seluruh Tim Yayasan Kita Menulis dan tentunya Bapak, Ibu, Teman dan Sahabat sesama penulis yang setidaknya telah berikhtiar untuk memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan bagi bangsa dan negara tercinta menuju Indonesia tangguh yang bermartabat dan terus bertumbuh...

https://kitamenulis.id/2021/08/17/merdeka-belajar-merdeka-mengajar/

https://web.facebook.com/kmenulis

Dirgahayu RI ke 76 tahun.

Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

#BangunIndonesiadenganMembaca

#BangunIndonesiadenganLiterasi